Bismillahirrohmanirrohiim..
Lukman. Begitu ia biasa dipanggil oleh teman-teman sebayanya di
PSBN di bilangan Bekasi Timur, Tan Miyat. Anak dari pasangan bapak Rosta dan
ibu Sania ini memiliki nama lengkap Lukman Nurhakim. Partner ku ini lahir pada tanggal 10 november 1992. Partner ku
ini memang lebih tua 1 tahun dari usia ku. Meskipun demikian, ia tetap bersi
kukuh untuk memanggilku ‘kaka’. “aku tetap panggil ‘kaka’ aja ya. Soalnya ilmunya
tinggian kaka” ujar nya pada ku di awal perkenalan. Tertegun. Ya, meski usianya
sekarang sedang munuju 20 tahun, di PSBN Tan Miyat ini ia masih terhitung
sebagai murid kelas 5 SD. Terhitung jejak tahun 2006, awal ia masuk PSBN Tan
Miyat. 1 tahun pertama ia masuk kelas penyesuaian terlebih dahulu. Dikenalkan
dengan huruf braile, orientasi dan
moibilitas, dan lain-lain. Setelah itu, barulah masuk ke kelas 1 SD. Secara fisik,
dia memang masih terlihat seperti bocah kelas 5 SD. Tapi secara tingkah laku,
terkadang ia terlihat lebih dewasa dari pada aku.
Lukman memiliki keterbatasan
penglihatan sejak ia lahir. Ya, iya terlahir dengan kondisi Low Vision. Menurut
penjelasannya, ia lahir normal, dan tidak premature. Ketika ia berumur 10
tahun, ia pernah di bawa ke RS. TNI AU Pondok Gede, berusaha untuk memperbaiki
penglihatannya, operasi. Tapi usaha itu gagal, menurut dokter, penglihatannya
sudah tidak isa diperbaiki. Kemudian, ketika lukman berumur 11 tahun, orang tua
nya mencoba lagi ke RSCM meminta dokter untuk mengoperasi, memperbaiki
penglihatan si anak. Lagi-lagi usaha nya gagal. “ kata dokter, Mata dan
pengelihatanku sudah tidak bisa diperbaiki lagi, sudah kena syaraf” jelas
Lukman, menceritakan panjang lebar tentang riwayaat ke-Tuna Netra-an nya. Memang,
sepengetahuan ku, berdasarkan artikel dan jurnal-jurnal online yg ku baca
melalui media internet, Low Vision itu rusaknya fungsi penglihatan yang
tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula meskipun melalui
penanganan medis, seperti operasi, penggunaan obat-obatan, dan tidak dapat
dikoreksi secara refraktif dengan kacamata ataupun lensa kontak. Hmm,
sebenarnya masih kurang puas menanyakan riwayat ini dengan Lukman. karna yang
tahu perkembangannya kan orang tua nya atau care
givers nya. Ingin rasanya menanyakan hal ini langsung ke orang tua nya,
tapi belum ada kesempatan. Ia tinggal di Asrama yang sudah di sediakan Tan
Miyat, bukan seperti anak-anak SLB yang lain, yang pulang-pergi diantar dan
dijemput orang tuanya. Tapi nanti jika ada kesempatan, dan ketika Lukman dapat
jatah pulang ke rumahnya, InsyaAllah aku
ingin mampir ke rumahnya. Kebetulan rumahnya tak jauh dari rumah ku, ia tinggal
di Pondok Kopi, Jl. Bintara 1, RT 08/ RW 02 , kel. Bintara , kec. Bekasi Barat.
Lukman orangnya terbuka, sangat
hangat dengan ku. Baru beberapa kali bertemu saja, sudah langsung akrab. Oh iya,
ternyata dia temannya ka Mega, kaka senior ku di Jurusan Pendidikan Luar Biasa,
UNJ. Lukman tak terlihat seperti seorang Tuna Netra, ia terlihat seperti orang
awas pada umumnya. Sangat lincah. Sudah hafal betul tata letak, sudut-sudut, dan
bentuk lingkungannya. Namun ketika ia membaca, iya mendekatkan matanya dengan
objek yang ingin iya baca. Dekat sekali, nyaris nempel. Disitu baru terlihat
kalau dia Low Vision. Lukman suka menyanyi, suaranya bagus. Bahkan ia punya
band. Nama band nya “Band Inti”. Band yang beranggotakan 7 orang ini semuanya
berisi anak-anak PSBN Tan Miyat. Keren! Meskipun penglihatan mereka terbatas,
tak berarti dunia mereka terbatas. Bahkan Lukman pernah bilang, “keterbatasan
ku, gak jadi masalah buat ku untuk terus berkarya, Ka”. Lagi-lagi
aku tertegun, tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar