Rabu, 11 April 2012

“Keterbatasan ku, tak menjadi penghalang bagi ku untuk terus berkarya” -Lukman Nurhakim-


Bismillahirrohmanirrohiim..
Lukman. Begitu ia biasa dipanggil oleh teman-teman sebayanya di PSBN di bilangan Bekasi Timur, Tan Miyat. Anak dari pasangan bapak Rosta dan ibu Sania ini memiliki nama lengkap Lukman Nurhakim. Partner ku ini lahir pada tanggal 10 november 1992.  Partner ku ini memang lebih tua 1 tahun dari usia ku. Meskipun demikian, ia tetap bersi kukuh untuk memanggilku ‘kaka’. “aku tetap panggil ‘kaka’ aja ya. Soalnya ilmunya tinggian kaka” ujar nya pada ku di awal perkenalan. Tertegun. Ya, meski usianya sekarang sedang munuju 20 tahun, di PSBN Tan Miyat ini ia masih terhitung sebagai murid kelas 5 SD. Terhitung jejak tahun 2006, awal ia masuk PSBN Tan Miyat. 1 tahun pertama ia masuk kelas penyesuaian terlebih dahulu. Dikenalkan dengan huruf braile, orientasi dan moibilitas, dan lain-lain. Setelah itu, barulah masuk ke kelas 1 SD. Secara fisik, dia memang masih terlihat seperti bocah kelas 5 SD. Tapi secara tingkah laku, terkadang ia terlihat lebih dewasa dari pada aku.  

Lukman memiliki keterbatasan penglihatan sejak ia lahir. Ya, iya terlahir dengan kondisi Low Vision. Menurut penjelasannya, ia lahir normal, dan tidak premature. Ketika ia berumur 10 tahun, ia pernah di bawa ke RS. TNI AU Pondok Gede, berusaha untuk memperbaiki penglihatannya, operasi. Tapi usaha itu gagal, menurut dokter, penglihatannya sudah tidak isa diperbaiki. Kemudian, ketika lukman berumur 11 tahun, orang tua nya mencoba lagi ke RSCM meminta dokter untuk mengoperasi, memperbaiki penglihatan si anak. Lagi-lagi usaha nya gagal. “ kata dokter, Mata dan pengelihatanku sudah tidak bisa diperbaiki lagi, sudah kena syaraf” jelas Lukman, menceritakan panjang lebar tentang riwayaat ke-Tuna Netra-an nya. Memang, sepengetahuan ku, berdasarkan artikel dan jurnal-jurnal online yg ku baca melalui media internet, Low Vision itu rusaknya fungsi penglihatan yang tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula  meskipun melalui penanganan medis, seperti operasi, penggunaan obat-obatan, dan tidak dapat dikoreksi secara refraktif  dengan kacamata ataupun lensa kontak. Hmm, sebenarnya masih kurang puas menanyakan riwayat ini dengan Lukman. karna yang tahu perkembangannya kan orang tua nya atau care givers nya. Ingin rasanya menanyakan hal ini langsung ke orang tua nya, tapi belum ada kesempatan. Ia tinggal di Asrama yang sudah di sediakan Tan Miyat, bukan seperti anak-anak SLB yang lain, yang pulang-pergi diantar dan dijemput orang tuanya. Tapi nanti jika ada kesempatan, dan ketika Lukman dapat jatah pulang ke rumahnya, InsyaAllah aku ingin mampir ke rumahnya. Kebetulan rumahnya tak jauh dari rumah ku, ia tinggal di Pondok Kopi, Jl. Bintara 1, RT 08/ RW 02 , kel. Bintara , kec. Bekasi Barat.

Lukman orangnya terbuka, sangat hangat dengan ku. Baru beberapa kali bertemu saja, sudah langsung akrab. Oh iya, ternyata dia temannya ka Mega, kaka senior ku di Jurusan Pendidikan Luar Biasa, UNJ. Lukman tak terlihat seperti seorang Tuna Netra, ia terlihat seperti orang awas pada umumnya. Sangat lincah. Sudah hafal betul tata letak, sudut-sudut, dan bentuk lingkungannya. Namun ketika ia membaca, iya mendekatkan matanya dengan objek yang ingin iya baca. Dekat sekali, nyaris nempel. Disitu baru terlihat kalau dia Low Vision. Lukman suka menyanyi, suaranya bagus. Bahkan ia punya band. Nama band nya “Band Inti”. Band yang beranggotakan 7 orang ini semuanya berisi anak-anak PSBN Tan Miyat. Keren! Meskipun penglihatan mereka terbatas, tak berarti dunia mereka terbatas. Bahkan Lukman pernah bilang, “keterbatasan ku, gak jadi masalah buat ku untuk terus berkarya, Ka”. Lagi-lagi aku tertegun, tersenyum. 

Tidak ada komentar: